Jumat, 21 Oktober 2016

Pilih Putus atau Kawin Lari?

Haii..

Kali ini aku mau share sesuatu yang kayaknya mungkin beberapa pasangan ngalamin hal ini, ehm.. Awalnya gara-gara nonton salah satu serial india, haha.. Iya india. Emang beberapa bulan ini aku lagi keranjingan bollywood (padahal dari dulu sih), hahaha.. Entah apa yang bikin bollywood itu sangat menarik buat aku, tapi salah satu hal yang bikin aku tertarik sama sebuah film atau serial itu, budayanya. Makanan *tetep nomor 1*, kebiasaan, kultur, sesuatu yang khas banget dari negara asal film, dan alur ceritanya.

Oke. Ini pembukaannya kepanjangan. Serial india yang aku tonton ini benang merahnya itu tentang hubungan yang nggak direstui orang tua, yang pada akhirnya melahirkan sebuah perenungan *ceileee*. Kayaknya ini tema banyak lah yang ngalamin. Di banyak film, cinta tak direstui udah banyak banget diangkat. Solusi atas permasalahan ini pun banyak macemnya, mulai dari yang terekstrim kayak bunuh diri *ini contoh solusi paling ngaco*, tercapek macam kawin lari *emang apa enaknya sih kawin sambil lari? lelah, hayati*, terhebat seperti membuktikan kekuatan cinta yang luar binasa, eh, biasa, dan yang terpraktis, putus aja dah, dari pada repot.

Cinta tanpa restu ini, penyebabnya juga beragam, mulai dari bibit, bebet, dan bobot kayak film-film yang ceritanya, si cewek dari keluarga biasa dan si cowok emak bapaknya konglomerat yang pintu mobilnya dibuka keatas, kurang ngambil hati ortu, hubungan yang arahnya gak jelas-jelas, ortu kurang percaya, dan masih banyak faktor lainnya. Kalau disebut satu-satu bisa jadi baru kelar lebaran taun depan.

Orang yang lagi demen-demenan atau kasmaran emang kadang lebih didominasi sama emosi dan perasaan takut ditinggal pasangan. Jadi ketika ortu bilang nggak setuju, berbagai jurus deh mulai dikeluarin biar restu segera dikantongi *yaelaah emang duit?*. Yaa ada yang berhasil, ada juga yang mentok tak kunjung diberi restu. Nah, walaupun perasaan lagi dilanda perasaan cinta yang deras tapi kita tetep perlu untuk bisa berpikir rasional. Jangan dikalahkan perasaan cinta buta. Hati-hati *muka serem*.

Ketika ortu dengan tegas bilang nggak setuju, jangan dulu langsung dilawan dan bersikap childish dengan berbuat hal-hal yang bikin ortu semakin nggak setuju. Dengan menunjukkan sikap kekanak-kanakan, ortu makin sulit nantinya untuk percaya dengan hubunganmu. Tapi ketika kita menunjukkan itikad baik, sikap yang tenang dan bisa berpikir jernih, setidaknya ortu bisa lihat kedewasaan kita kan? Siapa tau ortu luluh dengan sikap kita. Selanjutnya, bicarakan baik-baik, apa yang bikin ortu nggak setuju. Apakah hal yang sangat prinsip? Atau hal yang bisa diubah dan masih diusahakan?

Hubungan serius itu bukan cuma tentang cinta-cintaan, tapi perlu dipikirkan secara rasional juga. Karena pernikahan itu bukan hanya tentang kamu dan pasangan, tapi juga tentang dua keluarga. Banyak yang jadi aspek pertimbangan, aspek terpentingnya pasti agama. Pikirkan kembali tentang apa yang ortu kamu lihat dari calon kamu. Selama ortu berbicara hal yang nggak bertentangan dengan agama, ya harus kita terima.

Ketika ortu sudah menjelaskan apa saja yang menjadi keberatan mereka. Kita harus bisa menimbang secara objektif tentang hal tersebut. Pikirkan kembali, sekiranya kalau kita keukeuh dengan keputusan kita, apakah pasangan yang kita pertahankan ini memang benar-benar pantas kita perjuangkan? Seberapa besar kepercayaan kamu tentang dia? Bener gak nih dia orang yang tepat?

Setelah orang tua menjelaskan masih bingung juga? Jangan lupa tentang dukungan orang tuamu di segala hal yang kamu lakukan, kasih sayang mereka, segala hal yang begitu banyak mereka korbankan untuk kamu, waktu yang selalu mereka luangkan untuk kamu di tengah kesibukan bekerja dan mengurus rumah, mendengar segala keluh kesahmu, dan masih banyak lagi. Sedangkan orang yang kamu perjuangkan? Apa yang sudah dia usahakan untukmu? Relakah kamu meninggalkan orang tuamu untuk bersamanya?

Memang pengorbanan orang tua dan pasangan tidak akan pernah bisa dibandingkan, tapi setidaknya ingat kembali, apakah keputusanmu saat ini sudah benar jika menentang orang tua hanya karena mereka belum bisa menerima calon pasangan kita? Sekali lagi, apa udah tepat orang yang kamu perjuangkan ini? Jangan sampai peringatan dari orang tuamu yang sebenarnya justru tepat kamu abaikan demi membela orang yang sebenarnya bukan pasangan yang bener buat kamu. Hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi keputusan tentang pasangan hidup. Jangan sampai salah melangkah.

Percayalah, ketika orang tua merestui, Tuhan dan semesta pun akan mendukung. Namun ketika orang tua nggak juga kasih restu karena alasan yang rasional dan semua yang mereka katakan itu sebuah kebenaran, jangan ragu dalam mengambil keputusan. Melepas memang berat, nggak jadi dilamar memang sedih, tapi yakinlah kalau Tuhan sedang mempersiapkan kamu untuk bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik. Jodoh nggak akan tertukar. Hanya ada Putri yang Tertukar, yang diperankan salah satu artis itu tuh, haha.. Jangan lagi stress karena hubungan yang tak kunjung direstui, pikirkan kembali, karena cuma kamu yang tahu apa yang harus kamu putuskan.


Netizen Ramah Lingkungan ??

Internet di masa sekarang udah kayak kebutuhan sehari-hari, banyak aktivitas yang berkaitan dan ngebutuhin internet. Aku sendiri ngerasain banget kalau sehari internet di rumah mati, rasanya kayak ada yang kurang. Kayak sayur kurang garam kurang enak kurang sedap. Abisnya sekarang semua hal bisa mudah banget diakses lewat internet. Transaksi duit pake internet banking, kerjaan, belanja pake online shop atau e-commerce, berita, film, lagu, apalagi berbagai informasi. Semua hal itu mudah banget diakses lewat internet.

Internet jadi kayak cemilan yang tiap hari harus ada. Nah, begitu juga sama social media, udah jadi life style di jaman sekarang ini. Tua muda, begitu banyak orang dengan berbagai macam latar belakang dan profesi, dan hampir semua lapisan masyarakat jadi pengguna internet dan media sosial dengan tujuan yang bermacam-macam juga. Ada yang bisnis, jualan, belajar lewat internet, mempublikasikan kegiatannya, sampai curhat macam aku sekarang ini. Yuuup.

Aku pribadi bukan tipikal yang setiap menit update sosmed sih, tapi di setiap harinya yaa beberapa kali memang seneng aja buka google kek, instagram, youtube, maenan line, atau juga chat. Maenan medsos emang asik, seru, yaa buat haha hihi sama temen-temen yang nggak bisa kita ajak hang out setiap weekend, juga buat komunikasi dan silaturahmi sama temen-temen yang jaraknya jauh. Medsos emang bikin yang jauh jadi serasa dekat, asal jangan bikin yang dekat serasa jauh. Nah, kalau hatiku sama hatimu tetep harus dekat, eaaaaa..

Media sosial yang semakin luas sekarang, menjadikan penggunanya juga bebas berekspresi dan berkomentar, Nggak jarang komentar negatif, bullying, dan haters bertebaran di akun seseorang, terutama di akun public figure, mau itu artis, selebgram, bahkan pejabat. Lucunya, kadang ada yang niat banget bikin fake account untuk sengaja berkomentar negatif, mem-bully, bahkan menghujat seseorang. Niatnya? Yaa hanya Tuhan yang tahu. Mungkin kehidupan si ter-bully sangat menarik buat dia.

Aku sendiri termasuk yang jarang berkomentar tentang sesuatu, lebih suka kasih like di IG, atau kasih jempol di video-video Youtubers, dan berkomentar hanya dalam kondisi dibutuhkan aja. Aku lebih memilih mengekspresikan diri dan mencurahkan apa yang jadi pandangan aku lewat blog. Curhat apa-apa mah ya di-blog aja, nggak usah marah-marah atau komentar negatif di akun orang juga, atau karena lagi ngerasa ngalamin bad day terus baper lantas bully orang. Jangan laaah. Mendingan juga kalau lagi baper mah beli cokelat yang banyak di indomar*t, ngemil di pojokan kamar aja sambil nonton warkop DKI. Ketawa sepuasmu dah.

Di masa sekarang, informasi gampang banget diakses, dan sebagai netizen kita wajib banget memfilter dan memilah setiap informasi yang kita dapet, karena menelan bulat-bulat sebuah informasi, salah-salah kita malah dapet informasi yang bukan fakta. Jadi, memang sebagai pengguna internet kita dituntut harus cerdas dalam memilah informasi.

Selain cerdas memilah informasi, kita juga harus bijak dalam berpendapat dan berkomentar di media sosial. Kita harus bisa melihat dari berbagai sudut pandang atas sesuatu yang kita lihat, cerdas juga menilai sehingga bisa ngambil positifnya, dan membuang hal negatifnya. Aku rasa nggak ada salahnya kok untuk berpikir positif, berpikiran terbuka, bersikap bijak dan ramah ketika bergaul di media sosial. Lebih baik menyibukkan diri mengapresiasi hal positif di media sosial daripada capek-capek komentar negatif di akun orang kan?

Kalau masih baper aja waktu maen media sosial, aku rasa kamu perlu banyak piknik. Kalau udah piknik masih aja baper, berarti piknik kamu kurang jauh. Mau tak ajakin piknik ke Planet Neptunus? LOL. Be a smart reader and wise netizen, niscaya hidupmu di media sosial damai. Hidup netizen ramah lingkungan! Maksudnya ramah di lingkungan media sosial. Hehehe..