Katanya orang yang paling kuat itu bukan orang yang jago berantem, tapi justru yang bisa nahan emosinya. Yaa I agree with that. Aku juga berpikir kalau orang yang bisa nahan amarah itu orang yang cerdas. Cerdas dan dewasa secara emosional, bisa berpikir secara jernih apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, berpikir dulu apa yang akan dikatakan ketika otak lagi njelimet kesel, marah, dan pengen jambak-jambak.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman ngadepin orang nih, *ya tapi aku bukan psikolog atau pengamat sosial sih, sekedar pengamat awam* pendidikan memang bisa mengubah pola pikir, sikap dan karakter seseorang. Pendidikan juga bisa mengubah cara berkomunikasi dan etika seseorang. Tapi aku pikir itu saat pikirannya tenang dan tentram. Coba deh kalau lagi emosi, sepintar apapun seseorang secara intelegensi, kalau tidak cerdas secara emosional, bukan menguasai amarah malah ornag tersebut yang dikuasai amarah. And I also agree, kalau tua itu kepastian dan dewasa itu pilihan. That's true.
Orang yang hebat itu orang yang punya kesabaran dan kedewasaan saat emosi. Seburuk apapun situasi yang dihadapi, dia tetap senyum, memilih untuk tenang, bahkan berusaha untuk berpikir dan bersikap positif. Marah itu menguras energi dan melelahkan. Bukannya lebih baik energinya kita gunakan untuk hal yang lebih positif daripada kita gunakan untuk hal-hal yang tidak perlu?
Warna-warni Alinea
Rabu, 21 Maret 2018
Senin, 21 Agustus 2017
Tamu Tak Diundang
Rasanya udah lama banget nggak nge-blog, almost 1 year *sok sibuk amat yaak* and i'm baaaaack. Kali ini juga dateng lagi dengan cerita lama yang terulang, masih hubungan terlarang dengan sang kista endometriosis. Ya ya yaaa, this is my mistake, totally my stupid mistake, akibat nggak tuntas berobat pasca operasi, si kista endometriosis yang tadinya udah aku usir jauh-jauh mendadak mampir lagi, ya kayak tamu tak diundang.
Tujuh bulan pasca operasi, tepatnya sekitar Bulan September 2016 aku cek ke dokter (dokter terdekat dengan rumah) masih bersih tanpa si kista. Seharusnya emang aku dateng ke RS Hermina Sukabumi tempat aku operasi sebelumnya untuk terapi hormon, dengan maksud buat membunuh si endometriosis supaya ga tumbuh lagi. Akibat bandel nggak dengan segera jalanin terapi hormon itu, di Bulan Desember 2016 aku periksa lagi ternyata si endometriosis tanpa permisi udah dateng lagi aja, karena snewen dan gak percaya akhirnya coba periksa ke dokter lainnya. Hasilnya sama. Dokter ini nyaranin ke aku untuk kembali ke dokter sebelumnya yang melakukan operasinya.
Jujur, bolak balik RS itu lumayan melelahkan dan membosankan. Ya gara-gara kebanyakan males, akhirnya baru ke RS Hermina di Bulan Juli 2017. Kenapa nunda lama banget? Ya karena rasanya belum siap dengan segala rutinitas kembali ke RS kayak dulu. Balik ke RS Hermina pun halangannya adaa ajaa *banyak alasan* hahaha..
Dateng ke RS, aku ditangani dokter yang baru karena dokter sebelumnya full pasien dan rasanya nggak enak kalau hari besoknya harus izin lagi masuk kerja karena hari itu batal diperiksa dan pulang gitu aja. Akhirnya aku milih diperiksa dokter lain aja, supaya nggak bolak balik RS. Tibalah waktunya diperiksa, deg2an tegang macam mau interview kerja pertama kali. Hari itu aku dateng ke RS bareng dianter si calon, walaupun tiap masuk ruangan periksa orang-orang ngeliatin entah maksudnya apa. Ya mungkin dipanggil Nona tapi dateng bareng Laki, sampe si perawatnya aja nanya, masih Nona ya disininya bu? Ya saya emang masih Nona, belum jadi Nyonya *kode terselubung buat sang calon*.
And the result is still same, si endometriosisnya memang ada dan dokternya ngomel, yaaa karena aku bandel nggak terapi hormon. Pesan si dokter : Jangan bandel lagi ya kamu! Hahaha.. Ya dokter, i'll try *sambil nyengir kuda*. Solusi dari dokter udah bisa aku prediksi, pasti disuruh operasi lagi. Disamping itu dokter emang ngasih alternatif lain, mau operasi laparotomi (dengan luka bedah seperti caesar), obat hormon dengan periode per 3 bulan, atau yang paling canggih di masa kini, bedah teropong atau laparoskopi (dirujuk ke RS lain).
Nah, yang tidak disangka-sangka, ada solusi pasca operasi setelah terapi hormon yang bikin bingung juga. Aku harus program hamil. Itu solusi terbaiknya, ya hamil. Dengan nggak menstruasi selama hampir setahun itu akan menyelamatkan aku dan memisahkan aku dari si endometriosis tak diundang itu. Ya, that's good idea, tapi bikin kening aku agak berkerut karena dengan kata lain kita harus nikah dalam jangka waktu dekat dan buru-buru, sedangkan sang calon dalam persiapan mau keluar negeri dalam jangka waktu yang nggak sebentar.
Selama mikirin mau ambil keputusan apa, dokter kasih aku vissane 2 mg. Kayak gini nih penampakannya.
Obat hormon ini isinya 2 strip yang masing-masing isinya 14 tablet, diminum sehari sekali di jam yang sama dan disarankan supaya nggak terlewat. Dokter sih memprediksikan obat ini akan bikin mens lebih sedikit atau malah nggak mens sama sekali. Tapi di badan aku justru malah sebaliknya, mens malah jadi nggak jelas, berhenti dateng berhenti dateng, seperti itu terus selama 16 hari. Baru kali ini aku sampai mens 16 hari. Efek sampingnya pun luar biasa. Mood swing luar biasa, bisa biasa aja atau unmood banget banget. Itu nyebelin banget, dan gak nyaman.
Efek samping lain yang aku rasain itu kadang migrain, mual, nyeri payudara, dan badan tuh lemes kayak kurang fit, entah mungkin dari unmood itu. Setelah 28 hari lulus minum obat itu tanpa kelewat, dan tepat waktu, *berkat sang calon yang selalu jadi alarm ngingetin untuk minum obat* *asli ini bikin terharu* ternyata si obat ini cuma ngurangin beberapa milimeter aja. Whaaaaat??! Udah mahal masih ga ngaruh --_--
Sebelum 28 hari itu aku dateng ke dokter lagi, dengan hasil pemeriksaan yang nggak ada perubahan signifikan aku bulet untuk ambil keputusan operasi, aku kira setelah operasi masih bisa diakalin untuk nggak langsung promil karena bingung juga yaa kalau harus nikah seburu-buru ini, tapi si dokter tetep menyarankan kalau operasi itu harus dibarengin sama promil. Bukan nggak mau sih langsung promil, tapi kita baru bisa nikah setelah sang calon cuti kerja. Walaupun memang masih kita usahakan.
Fakta lainnya, ternyata laparoskopi itu nggak dicover asuransi. Kemungkinannya seperti itu. Itu setelah kita tanya ke RS yang disarankan si dokter untuk laparoskopi. Dengan biaya sekitar 45 jutaan. Agak menyesal juga dulu nggak langsung terapi hormon *ya penyesalan itu memang selalu dateng di akhir*. Untuk para endometriosis survivor, saran aku selalu denger apa kata dokter dan jalani apa yang dianjurkan, sebelum berefek hal-hal yang nggak diinginkan seperti ini. Untuk sembuh memang perlu konsistensi.
Jumat, 21 Oktober 2016
Pilih Putus atau Kawin Lari?
Haii..
Kali ini aku mau share sesuatu yang kayaknya mungkin beberapa pasangan ngalamin hal ini, ehm.. Awalnya gara-gara nonton salah satu serial india, haha.. Iya india. Emang beberapa bulan ini aku lagi keranjingan bollywood (padahal dari dulu sih), hahaha.. Entah apa yang bikin bollywood itu sangat menarik buat aku, tapi salah satu hal yang bikin aku tertarik sama sebuah film atau serial itu, budayanya. Makanan *tetep nomor 1*, kebiasaan, kultur, sesuatu yang khas banget dari negara asal film, dan alur ceritanya.
Oke. Ini pembukaannya kepanjangan. Serial india yang aku tonton ini benang merahnya itu tentang hubungan yang nggak direstui orang tua, yang pada akhirnya melahirkan sebuah perenungan *ceileee*. Kayaknya ini tema banyak lah yang ngalamin. Di banyak film, cinta tak direstui udah banyak banget diangkat. Solusi atas permasalahan ini pun banyak macemnya, mulai dari yang terekstrim kayak bunuh diri *ini contoh solusi paling ngaco*, tercapek macam kawin lari *emang apa enaknya sih kawin sambil lari? lelah, hayati*, terhebat seperti membuktikan kekuatan cinta yang luar binasa, eh, biasa, dan yang terpraktis, putus aja dah, dari pada repot.
Cinta tanpa restu ini, penyebabnya juga beragam, mulai dari bibit, bebet, dan bobot kayak film-film yang ceritanya, si cewek dari keluarga biasa dan si cowok emak bapaknya konglomerat yang pintu mobilnya dibuka keatas, kurang ngambil hati ortu, hubungan yang arahnya gak jelas-jelas, ortu kurang percaya, dan masih banyak faktor lainnya. Kalau disebut satu-satu bisa jadi baru kelar lebaran taun depan.
Orang yang lagi demen-demenan atau kasmaran emang kadang lebih didominasi sama emosi dan perasaan takut ditinggal pasangan. Jadi ketika ortu bilang nggak setuju, berbagai jurus deh mulai dikeluarin biar restu segera dikantongi *yaelaah emang duit?*. Yaa ada yang berhasil, ada juga yang mentok tak kunjung diberi restu. Nah, walaupun perasaan lagi dilanda perasaan cinta yang deras tapi kita tetep perlu untuk bisa berpikir rasional. Jangan dikalahkan perasaan cinta buta. Hati-hati *muka serem*.
Ketika ortu dengan tegas bilang nggak setuju, jangan dulu langsung dilawan dan bersikap childish dengan berbuat hal-hal yang bikin ortu semakin nggak setuju. Dengan menunjukkan sikap kekanak-kanakan, ortu makin sulit nantinya untuk percaya dengan hubunganmu. Tapi ketika kita menunjukkan itikad baik, sikap yang tenang dan bisa berpikir jernih, setidaknya ortu bisa lihat kedewasaan kita kan? Siapa tau ortu luluh dengan sikap kita. Selanjutnya, bicarakan baik-baik, apa yang bikin ortu nggak setuju. Apakah hal yang sangat prinsip? Atau hal yang bisa diubah dan masih diusahakan?
Hubungan serius itu bukan cuma tentang cinta-cintaan, tapi perlu dipikirkan secara rasional juga. Karena pernikahan itu bukan hanya tentang kamu dan pasangan, tapi juga tentang dua keluarga. Banyak yang jadi aspek pertimbangan, aspek terpentingnya pasti agama. Pikirkan kembali tentang apa yang ortu kamu lihat dari calon kamu. Selama ortu berbicara hal yang nggak bertentangan dengan agama, ya harus kita terima.
Ketika ortu sudah menjelaskan apa saja yang menjadi keberatan mereka. Kita harus bisa menimbang secara objektif tentang hal tersebut. Pikirkan kembali, sekiranya kalau kita keukeuh dengan keputusan kita, apakah pasangan yang kita pertahankan ini memang benar-benar pantas kita perjuangkan? Seberapa besar kepercayaan kamu tentang dia? Bener gak nih dia orang yang tepat?
Setelah orang tua menjelaskan masih bingung juga? Jangan lupa tentang dukungan orang tuamu di segala hal yang kamu lakukan, kasih sayang mereka, segala hal yang begitu banyak mereka korbankan untuk kamu, waktu yang selalu mereka luangkan untuk kamu di tengah kesibukan bekerja dan mengurus rumah, mendengar segala keluh kesahmu, dan masih banyak lagi. Sedangkan orang yang kamu perjuangkan? Apa yang sudah dia usahakan untukmu? Relakah kamu meninggalkan orang tuamu untuk bersamanya?
Memang pengorbanan orang tua dan pasangan tidak akan pernah bisa dibandingkan, tapi setidaknya ingat kembali, apakah keputusanmu saat ini sudah benar jika menentang orang tua hanya karena mereka belum bisa menerima calon pasangan kita? Sekali lagi, apa udah tepat orang yang kamu perjuangkan ini? Jangan sampai peringatan dari orang tuamu yang sebenarnya justru tepat kamu abaikan demi membela orang yang sebenarnya bukan pasangan yang bener buat kamu. Hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi keputusan tentang pasangan hidup. Jangan sampai salah melangkah.
Percayalah, ketika orang tua merestui, Tuhan dan semesta pun akan mendukung. Namun ketika orang tua nggak juga kasih restu karena alasan yang rasional dan semua yang mereka katakan itu sebuah kebenaran, jangan ragu dalam mengambil keputusan. Melepas memang berat, nggak jadi dilamar memang sedih, tapi yakinlah kalau Tuhan sedang mempersiapkan kamu untuk bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik. Jodoh nggak akan tertukar. Hanya ada Putri yang Tertukar, yang diperankan salah satu artis itu tuh, haha.. Jangan lagi stress karena hubungan yang tak kunjung direstui, pikirkan kembali, karena cuma kamu yang tahu apa yang harus kamu putuskan.
Kali ini aku mau share sesuatu yang kayaknya mungkin beberapa pasangan ngalamin hal ini, ehm.. Awalnya gara-gara nonton salah satu serial india, haha.. Iya india. Emang beberapa bulan ini aku lagi keranjingan bollywood (padahal dari dulu sih), hahaha.. Entah apa yang bikin bollywood itu sangat menarik buat aku, tapi salah satu hal yang bikin aku tertarik sama sebuah film atau serial itu, budayanya. Makanan *tetep nomor 1*, kebiasaan, kultur, sesuatu yang khas banget dari negara asal film, dan alur ceritanya.
Oke. Ini pembukaannya kepanjangan. Serial india yang aku tonton ini benang merahnya itu tentang hubungan yang nggak direstui orang tua, yang pada akhirnya melahirkan sebuah perenungan *ceileee*. Kayaknya ini tema banyak lah yang ngalamin. Di banyak film, cinta tak direstui udah banyak banget diangkat. Solusi atas permasalahan ini pun banyak macemnya, mulai dari yang terekstrim kayak bunuh diri *ini contoh solusi paling ngaco*, tercapek macam kawin lari *emang apa enaknya sih kawin sambil lari? lelah, hayati*, terhebat seperti membuktikan kekuatan cinta yang luar binasa, eh, biasa, dan yang terpraktis, putus aja dah, dari pada repot.
Cinta tanpa restu ini, penyebabnya juga beragam, mulai dari bibit, bebet, dan bobot kayak film-film yang ceritanya, si cewek dari keluarga biasa dan si cowok emak bapaknya konglomerat yang pintu mobilnya dibuka keatas, kurang ngambil hati ortu, hubungan yang arahnya gak jelas-jelas, ortu kurang percaya, dan masih banyak faktor lainnya. Kalau disebut satu-satu bisa jadi baru kelar lebaran taun depan.
Orang yang lagi demen-demenan atau kasmaran emang kadang lebih didominasi sama emosi dan perasaan takut ditinggal pasangan. Jadi ketika ortu bilang nggak setuju, berbagai jurus deh mulai dikeluarin biar restu segera dikantongi *yaelaah emang duit?*. Yaa ada yang berhasil, ada juga yang mentok tak kunjung diberi restu. Nah, walaupun perasaan lagi dilanda perasaan cinta yang deras tapi kita tetep perlu untuk bisa berpikir rasional. Jangan dikalahkan perasaan cinta buta. Hati-hati *muka serem*.
Ketika ortu dengan tegas bilang nggak setuju, jangan dulu langsung dilawan dan bersikap childish dengan berbuat hal-hal yang bikin ortu semakin nggak setuju. Dengan menunjukkan sikap kekanak-kanakan, ortu makin sulit nantinya untuk percaya dengan hubunganmu. Tapi ketika kita menunjukkan itikad baik, sikap yang tenang dan bisa berpikir jernih, setidaknya ortu bisa lihat kedewasaan kita kan? Siapa tau ortu luluh dengan sikap kita. Selanjutnya, bicarakan baik-baik, apa yang bikin ortu nggak setuju. Apakah hal yang sangat prinsip? Atau hal yang bisa diubah dan masih diusahakan?
Hubungan serius itu bukan cuma tentang cinta-cintaan, tapi perlu dipikirkan secara rasional juga. Karena pernikahan itu bukan hanya tentang kamu dan pasangan, tapi juga tentang dua keluarga. Banyak yang jadi aspek pertimbangan, aspek terpentingnya pasti agama. Pikirkan kembali tentang apa yang ortu kamu lihat dari calon kamu. Selama ortu berbicara hal yang nggak bertentangan dengan agama, ya harus kita terima.
Ketika ortu sudah menjelaskan apa saja yang menjadi keberatan mereka. Kita harus bisa menimbang secara objektif tentang hal tersebut. Pikirkan kembali, sekiranya kalau kita keukeuh dengan keputusan kita, apakah pasangan yang kita pertahankan ini memang benar-benar pantas kita perjuangkan? Seberapa besar kepercayaan kamu tentang dia? Bener gak nih dia orang yang tepat?
Setelah orang tua menjelaskan masih bingung juga? Jangan lupa tentang dukungan orang tuamu di segala hal yang kamu lakukan, kasih sayang mereka, segala hal yang begitu banyak mereka korbankan untuk kamu, waktu yang selalu mereka luangkan untuk kamu di tengah kesibukan bekerja dan mengurus rumah, mendengar segala keluh kesahmu, dan masih banyak lagi. Sedangkan orang yang kamu perjuangkan? Apa yang sudah dia usahakan untukmu? Relakah kamu meninggalkan orang tuamu untuk bersamanya?
Memang pengorbanan orang tua dan pasangan tidak akan pernah bisa dibandingkan, tapi setidaknya ingat kembali, apakah keputusanmu saat ini sudah benar jika menentang orang tua hanya karena mereka belum bisa menerima calon pasangan kita? Sekali lagi, apa udah tepat orang yang kamu perjuangkan ini? Jangan sampai peringatan dari orang tuamu yang sebenarnya justru tepat kamu abaikan demi membela orang yang sebenarnya bukan pasangan yang bener buat kamu. Hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi keputusan tentang pasangan hidup. Jangan sampai salah melangkah.
Percayalah, ketika orang tua merestui, Tuhan dan semesta pun akan mendukung. Namun ketika orang tua nggak juga kasih restu karena alasan yang rasional dan semua yang mereka katakan itu sebuah kebenaran, jangan ragu dalam mengambil keputusan. Melepas memang berat, nggak jadi dilamar memang sedih, tapi yakinlah kalau Tuhan sedang mempersiapkan kamu untuk bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik. Jodoh nggak akan tertukar. Hanya ada Putri yang Tertukar, yang diperankan salah satu artis itu tuh, haha.. Jangan lagi stress karena hubungan yang tak kunjung direstui, pikirkan kembali, karena cuma kamu yang tahu apa yang harus kamu putuskan.
Netizen Ramah Lingkungan ??
Internet di masa sekarang udah kayak kebutuhan sehari-hari, banyak aktivitas yang berkaitan dan ngebutuhin internet. Aku sendiri ngerasain banget kalau sehari internet di rumah mati, rasanya kayak ada yang kurang. Kayak sayur kurang garam kurang enak kurang sedap. Abisnya sekarang semua hal bisa mudah banget diakses lewat internet. Transaksi duit pake internet banking, kerjaan, belanja pake online shop atau e-commerce, berita, film, lagu, apalagi berbagai informasi. Semua hal itu mudah banget diakses lewat internet.
Internet jadi kayak cemilan yang tiap hari harus ada. Nah, begitu juga sama social media, udah jadi life style di jaman sekarang ini. Tua muda, begitu banyak orang dengan berbagai macam latar belakang dan profesi, dan hampir semua lapisan masyarakat jadi pengguna internet dan media sosial dengan tujuan yang bermacam-macam juga. Ada yang bisnis, jualan, belajar lewat internet, mempublikasikan kegiatannya, sampai curhat macam aku sekarang ini. Yuuup.
Aku pribadi bukan tipikal yang setiap menit update sosmed sih, tapi di setiap harinya yaa beberapa kali memang seneng aja buka google kek, instagram, youtube, maenan line, atau juga chat. Maenan medsos emang asik, seru, yaa buat haha hihi sama temen-temen yang nggak bisa kita ajak hang out setiap weekend, juga buat komunikasi dan silaturahmi sama temen-temen yang jaraknya jauh. Medsos emang bikin yang jauh jadi serasa dekat, asal jangan bikin yang dekat serasa jauh. Nah, kalau hatiku sama hatimu tetep harus dekat, eaaaaa..
Media sosial yang semakin luas sekarang, menjadikan penggunanya juga bebas berekspresi dan berkomentar, Nggak jarang komentar negatif, bullying, dan haters bertebaran di akun seseorang, terutama di akun public figure, mau itu artis, selebgram, bahkan pejabat. Lucunya, kadang ada yang niat banget bikin fake account untuk sengaja berkomentar negatif, mem-bully, bahkan menghujat seseorang. Niatnya? Yaa hanya Tuhan yang tahu. Mungkin kehidupan si ter-bully sangat menarik buat dia.
Aku sendiri termasuk yang jarang berkomentar tentang sesuatu, lebih suka kasih like di IG, atau kasih jempol di video-video Youtubers, dan berkomentar hanya dalam kondisi dibutuhkan aja. Aku lebih memilih mengekspresikan diri dan mencurahkan apa yang jadi pandangan aku lewat blog. Curhat apa-apa mah ya di-blog aja, nggak usah marah-marah atau komentar negatif di akun orang juga, atau karena lagi ngerasa ngalamin bad day terus baper lantas bully orang. Jangan laaah. Mendingan juga kalau lagi baper mah beli cokelat yang banyak di indomar*t, ngemil di pojokan kamar aja sambil nonton warkop DKI. Ketawa sepuasmu dah.
Di masa sekarang, informasi gampang banget diakses, dan sebagai netizen kita wajib banget memfilter dan memilah setiap informasi yang kita dapet, karena menelan bulat-bulat sebuah informasi, salah-salah kita malah dapet informasi yang bukan fakta. Jadi, memang sebagai pengguna internet kita dituntut harus cerdas dalam memilah informasi.
Selain cerdas memilah informasi, kita juga harus bijak dalam berpendapat dan berkomentar di media sosial. Kita harus bisa melihat dari berbagai sudut pandang atas sesuatu yang kita lihat, cerdas juga menilai sehingga bisa ngambil positifnya, dan membuang hal negatifnya. Aku rasa nggak ada salahnya kok untuk berpikir positif, berpikiran terbuka, bersikap bijak dan ramah ketika bergaul di media sosial. Lebih baik menyibukkan diri mengapresiasi hal positif di media sosial daripada capek-capek komentar negatif di akun orang kan?
Kalau masih baper aja waktu maen media sosial, aku rasa kamu perlu banyak piknik. Kalau udah piknik masih aja baper, berarti piknik kamu kurang jauh. Mau tak ajakin piknik ke Planet Neptunus? LOL. Be a smart reader and wise netizen, niscaya hidupmu di media sosial damai. Hidup netizen ramah lingkungan! Maksudnya ramah di lingkungan media sosial. Hehehe..
Internet jadi kayak cemilan yang tiap hari harus ada. Nah, begitu juga sama social media, udah jadi life style di jaman sekarang ini. Tua muda, begitu banyak orang dengan berbagai macam latar belakang dan profesi, dan hampir semua lapisan masyarakat jadi pengguna internet dan media sosial dengan tujuan yang bermacam-macam juga. Ada yang bisnis, jualan, belajar lewat internet, mempublikasikan kegiatannya, sampai curhat macam aku sekarang ini. Yuuup.
Aku pribadi bukan tipikal yang setiap menit update sosmed sih, tapi di setiap harinya yaa beberapa kali memang seneng aja buka google kek, instagram, youtube, maenan line, atau juga chat. Maenan medsos emang asik, seru, yaa buat haha hihi sama temen-temen yang nggak bisa kita ajak hang out setiap weekend, juga buat komunikasi dan silaturahmi sama temen-temen yang jaraknya jauh. Medsos emang bikin yang jauh jadi serasa dekat, asal jangan bikin yang dekat serasa jauh. Nah, kalau hatiku sama hatimu tetep harus dekat, eaaaaa..
Media sosial yang semakin luas sekarang, menjadikan penggunanya juga bebas berekspresi dan berkomentar, Nggak jarang komentar negatif, bullying, dan haters bertebaran di akun seseorang, terutama di akun public figure, mau itu artis, selebgram, bahkan pejabat. Lucunya, kadang ada yang niat banget bikin fake account untuk sengaja berkomentar negatif, mem-bully, bahkan menghujat seseorang. Niatnya? Yaa hanya Tuhan yang tahu. Mungkin kehidupan si ter-bully sangat menarik buat dia.
Aku sendiri termasuk yang jarang berkomentar tentang sesuatu, lebih suka kasih like di IG, atau kasih jempol di video-video Youtubers, dan berkomentar hanya dalam kondisi dibutuhkan aja. Aku lebih memilih mengekspresikan diri dan mencurahkan apa yang jadi pandangan aku lewat blog. Curhat apa-apa mah ya di-blog aja, nggak usah marah-marah atau komentar negatif di akun orang juga, atau karena lagi ngerasa ngalamin bad day terus baper lantas bully orang. Jangan laaah. Mendingan juga kalau lagi baper mah beli cokelat yang banyak di indomar*t, ngemil di pojokan kamar aja sambil nonton warkop DKI. Ketawa sepuasmu dah.
Di masa sekarang, informasi gampang banget diakses, dan sebagai netizen kita wajib banget memfilter dan memilah setiap informasi yang kita dapet, karena menelan bulat-bulat sebuah informasi, salah-salah kita malah dapet informasi yang bukan fakta. Jadi, memang sebagai pengguna internet kita dituntut harus cerdas dalam memilah informasi.
Selain cerdas memilah informasi, kita juga harus bijak dalam berpendapat dan berkomentar di media sosial. Kita harus bisa melihat dari berbagai sudut pandang atas sesuatu yang kita lihat, cerdas juga menilai sehingga bisa ngambil positifnya, dan membuang hal negatifnya. Aku rasa nggak ada salahnya kok untuk berpikir positif, berpikiran terbuka, bersikap bijak dan ramah ketika bergaul di media sosial. Lebih baik menyibukkan diri mengapresiasi hal positif di media sosial daripada capek-capek komentar negatif di akun orang kan?
Kalau masih baper aja waktu maen media sosial, aku rasa kamu perlu banyak piknik. Kalau udah piknik masih aja baper, berarti piknik kamu kurang jauh. Mau tak ajakin piknik ke Planet Neptunus? LOL. Be a smart reader and wise netizen, niscaya hidupmu di media sosial damai. Hidup netizen ramah lingkungan! Maksudnya ramah di lingkungan media sosial. Hehehe..
Selasa, 27 September 2016
Review : Garnier Pure Active Multi-Action Toner
Sebelumnya aku pernah review tentang produk facial scrub-nya Garnier yang aku suka, seri Pure Active. Reviewnya bisa kamu liat disini. Aku suka banget sama efeknya yang mencerahkan, dan bikin komedo lumayan berkurang. Selain dari facial scrub, aku pernah coba moisturizernya juga, tapi nggak begitu ngefek di aku, malah beruntusan. Akhirnya aku nggak lanjut pakai.
Memang seri Pure Activenya Garnier ini ada beberapa rangkaian, yang aku tau itu ada facial foam (tapi aku belum pernah coba), facial scrub, moisturizer, sampai tonernya juga. Lama-lama penasaran nih sama tonernya. Kebetulan juga, waktu aku jalan-jalan di salah satu departemen store, nemu toner ini di Boston drugstore. Harganya kalau nggak salah dibawah 50 ribu. Mungkin kisaran 30-40 ribuan. Yaa still affordable.
Inilah penampakan packagingnya, botol plastik dengan warna khas seri Pure Active, dan yang menurut aku bagus dari packagingnya itu, tutupnya, aman banget, rapet luar biasa, kadang sampe susah bukanya, dan ini oke banget. Jadi kalau dibawa-bawa nggak akan tumpah-tumpah. Nggak apa-apa lah susah dikit buka tutupnya, yang penting isinya nggak gampang tumpah. Aman buat diajak travelling.
Saat aku baca tulisan di belakang botolnya, ada Bahasa Inggris, Thailand, dan Bahasa Melayu. Nah, ini dia, klaim yang ditulis dalam bahasa melayu :
Diperkaya dengan Asid Salisilik dan Herba Repair dari ekstrack blueberry, toner Garnier Pure Active bantu kurangi 6 tanda jerawat hari demi hari. Ketidaksempuraan dikurangkan, liang roma diketatkan (liang roma itu pori-pori kali yaa, hehe..), kulit tampak licin dan sekata, kemerahan dan kulit berminyak dikurangkan.
Berdasarkan klaim yang ada dan dari kesemuanya, yang menurut aku berhasil itu mengurangi minyak di wajah. Karena setelah pemakaian emang jadi dingin, fresh, dan minyak di wajah berkurang. Untuk klaim yang lainnya, di aku nggak terlalu bekerja dengan baik, jadi hanya untuk mengurangi minyak di wajah aja. Cara pakainya sendiri, sama dengan toner yang lainnya, dituangkan ke kapas, diusap ke wajah, dan hindari area mata.
Nah, yang aku nggak suka dari produk ini, baunya nyengat banget, dan saat aku mengaplikasikan toner ini ke wajah, aku harus tutup hidung dan nahan nafas beberapa saat. Bau alkoholnya kuat banget. Setelah sekitar 3 minggu pemakaian, aku berenti pakai rutin karena nggak kuat sama baunya. Jadi, aku nggak merekomendasikan sama yang kulitnya sensitif dengan alkohol, dan nggak suka dengan produk toner yang berbau menyengat.
Jadi, kesimpulannya dari packaging, harga sama ngurangin minyaknya, aku suka, tapi dari baunya aku nggak sanggup untuk pakai sering-sering. Repurchase? I don't think so, yaa mungkin aku berpikir bakal coba beli lagi kalau dari Garniernya bikin yang no alcohol. Aku suka dengan si seri Pure Active ini tapi nggak dengan tonernya.
Disclaimer :
Review ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan tanpa disponsori pihak manapun. Hasil dari produk yang direview bisa berbeda, tergantung kondisi dan jenis kulit.
Kamis, 04 Agustus 2016
Jangan Asal Tembak!
Sudah hampir 3 tahun, aku langganan internet rumah yang sekalian line telepon rumah ditambah tv kabel itu lo (I'm sure, you know which I mean). Sebelumnya, tahun pertama aku langganan, sinyalnya ampun, selalu bikin naik darah karena sering sekali gangguan. Dalam sebulan, bisa 2-3 kali gangguan, total penggunaan normal sekitar 3 minggu karena seminggunya sering mati total. Rasanya udah bosan complain, bahkan kadang curhat ke call center pusat. Saking bosan, kadang pasrah aja.
Masuk tahun kedua, aku hampir menyerah, dan hampir mau putus aja. I think, I can move on fast, eh maksudnya aku bisa cari cara lain untuk langganan internet, haha.. Tapi aku urungkan lagi niatnya karena belum dapet pengganti yang pas, padahal udah mau berangkat tuh ke kantornya untuk menyudahi hubungan ini, hubungan antara provider dan customer maksudnya, haha.. Aku berusaha sabar lagi, dan ternyata Alhamdulillah banget dia berubah (apa pula ini maksudnya??). Jaringannya udah mulai normal dan udah asik-asik aja, ya walaupun kadang melambat, apalagi si tv kabelnya. Tapi ya sudahlah, abaikan saja.
Begitulah awal mula hubungan aku dengan si provider layanan internet rumahan ini. Kita udah mulai baikan sekarang. Setelah sinyal membaik, dapet godaan lagi nih yang bikin gemes. Aku udah dua kali kena promo yang ujung-ujungnya cuma bikin rugi aja. Keluarin biaya tanpa dapet manfaatnya sama sekali. Sampe gemes sendiri, dan akhirnya curhat sama mbak-mbak customer service-nya, haha..
Pengalaman pertama kena promo yang aku pikir malah useless di aku, adalah promo tentang gratis bicara kalau nelpon salah satu provider pake telepon rumah ditambah dikasih nomor pascabayar untuk internetan yang katanya kecepatannya oke punya, bla bla bla. Aku dapet tawaran ini dari sang call center pusat, dan nada-nadanya tuh agak maksa, ya iyalah, kan die punya target untuk jualan. Aku nggak dapet kesempatan untuk nolak sama sekali. Sampai akhirnya itu nomor pascabayar dikirim kurir kantornya ke rumah.
Aku bolak-balik tanya sama si call center, apakah aku akan kena biaya gratis bicara itu atau nggak, secara aku nggak pakai line teleponnya sama sekali, aku nggak pernah pasang, and she said yess. Oke lah, aku pikir nggak masalah, cuman bayar si nomor pascabayarnya doang, itupun aku hanya coba, kalau nggak oke kayak yang dia bilang. Aku akan stop. Singkat kata, bulan berikutnya aku tetep kena biaya si gratis bicara lewat telepon rumah, sedangkan aku nggak pake telepon rumah sama sekali.
Kecewa berat yang kedua nih, setelah masalah pertama yang sinyal itu aku maafkan. Sekarang jadi gemes lagi karena sang call center kasih janji palsu. Akhirnya aku putuskan dateng ke kantor cabangnya aja daripada ribet kalau harus ngobrol sama call center lagi. Disana CS-nya cuma bisa kasih solusi, penghentian berlangganan gratis bicara di bulan depannya, karena udah masuk tagihan bulan saat aku dateng, jadi yang bulan tersebut nggak bisa dihapuskan langganannya, yaa salah aku juga sih ngga cepet-cepet dateng di tanggal akhir bulan lalu atau di tanggal 1 nya.
Akhirnya pasrah sambil bilang sama CS-nya, sayang banget call center kalau bisa jualan tapi nggak paham sama produk, kecewa sama cara jualannya yang nggak tepat sasaran juga, dan yang paling penting itu tentang informasi yang dibilang ke konsumen, ketika nggak tau sesuatu, lebih baik minta waktu untuk tanya sama yang lebih tau, daripada asal jeplak aja dan ujung-ujungnya salah informasi sampai bikin pelanggan rugi. Itu bikin aku belajar untuk menjawab sesuatu dengan bijak, nggak sok tau, kalau suatu saat ditanya dan nggak tau jawabannya, lebih baik tanya yang lain dulu dari pada kasih info palsu. Jangan asal bunyi deh pokoknya. Selesai lah kena promo useless yang pertama.
Nah, yang kedua kalinya, aku dapet promo wifi dengan cara registrasi di websitenya dia, dan gadget yang kita daftarkan itu bisa wifi bebas, mulus, seenak jidat di tempat-tempat tertentu, dan cuma langganan 10 rebu doang per satu gadget. Disini ya sama, gak dikasih kesempatan menolak, ketika kamu memutuskan untuk menjawab telepon dari call center, dan sejak pertama kamu jawab hallo, pada saat yang sama kamu dianggap say yess, buat promo apapun. Kecerobohan yang kedua kalinya, akhirnya karena udah kepalang, aku cek lah gimana ketentuannya, dan setelah aku cek, di kota aku tuh area wifi dia sangat terbatas, bahkan mungkin gak jelas adanya di mana. Salah sasaran lagi, dan kecewa yang ketiga. Hadeeeeh..
Dalam ketidakmujuran yang ketiga kali ini, aku langsung buru-buru datengin kantor cabang dan minta berhenti langganan. Selamet deh kali ini cuma sebulan doang kena langganan yang gak jelas itu. Memang sih cuma 10 ribu aja, tapi kalau terus-terusan ya rugi bandar lah. Di kedatangan aku yang kedua dalam masalah perpromoan salah sasaran akibat call center ini, aku bilang sama si mbak CS-nya, "mbak, kok call center tuh doyan banget ya ngadain promo yang di saya pribadi malah useless, salah sasaran terus, ujung-ujungnya cuma nyusahin CS di kantor cabang aja." Jadilah curhat akhirnya, cuhat mulu yee, haha.. Ya daripada ngamuk gak jelas, capek iya, selesein masalah mah nggak. Cuma dapet capek doang. Mendingan diskusi sehat aja lah. Udah saking capek complain.
Sejak saat itu, aku memutuskan untuk nggak angkat lagi kalau ada panggilan telepon dari call center (daripada ribet dan nyusahin), dan bijak memilih promo (cie ileee, macam memilih calon pendamping aja.. ckck..). Aku pribadi jadi belajar dari pengalaman. Sebagai marketer, call center, atau posisi apapun yang kerjanya jualan produk dan nawarin promo. Akan lebih baik kalau lebih memperhatikan siapa yang ditawarin, sesuai dengan target atau nggak, terus kira-kira kalau dia menggunakan produk atau dapet promo yang ditawarkan, akan bermanfaat nggak. Udah tepat belum sasarannya. Menempatkan diri di posisi customer bisa membantu juga. Jangan asal tembak customer! Asal nawarin.
Akan jadi baik kalau produk atau promo yang ditawarkan itu sesuai dan customer suka. Kalau sebaliknya, customer merasa dirugikan dan nggak dapet manfaat apa-apa, bakal percuma aja. Mending customer cuma complain, kalau kabur atau bahkan bilang ke customer lainnya dan menimbulkan kerugian besar, itu bakal sayang banget. Aku pernah baca, salah satu seller bilang, katanya kalau kecewa sama pelayanan dan produk silakan untuk complain ke seller, dan kalau puas, silakan bilang customer lain. And that's right, supaya seller bisa memperbaiki yang kurang, dan customer lain tau hal baik aja. Kalau customer lain tau yang jelek-jeleknya aja, mana minat kan.
Karena dulunya aku pernah jadi pegawai di salah satu perusahaan swasta yang job desc-nya ada jualan produk juga, aku jadi belajar jangan cuma sibuk mikirin target, tapi juga tentang manfaatnya. Kejar-kejar target kalau nggak tepat sasaran akan percuma. Tapi itu sebuah pilihan sih, balik lagi ke diri sendiri, mau milih kita kejar target demi kepentingan pribadi atau manfaat untuk orang lain. Customer oriented or self oriented? It's up to you.
Masuk tahun kedua, aku hampir menyerah, dan hampir mau putus aja. I think, I can move on fast, eh maksudnya aku bisa cari cara lain untuk langganan internet, haha.. Tapi aku urungkan lagi niatnya karena belum dapet pengganti yang pas, padahal udah mau berangkat tuh ke kantornya untuk menyudahi hubungan ini, hubungan antara provider dan customer maksudnya, haha.. Aku berusaha sabar lagi, dan ternyata Alhamdulillah banget dia berubah (apa pula ini maksudnya??). Jaringannya udah mulai normal dan udah asik-asik aja, ya walaupun kadang melambat, apalagi si tv kabelnya. Tapi ya sudahlah, abaikan saja.
Begitulah awal mula hubungan aku dengan si provider layanan internet rumahan ini. Kita udah mulai baikan sekarang. Setelah sinyal membaik, dapet godaan lagi nih yang bikin gemes. Aku udah dua kali kena promo yang ujung-ujungnya cuma bikin rugi aja. Keluarin biaya tanpa dapet manfaatnya sama sekali. Sampe gemes sendiri, dan akhirnya curhat sama mbak-mbak customer service-nya, haha..
Pengalaman pertama kena promo yang aku pikir malah useless di aku, adalah promo tentang gratis bicara kalau nelpon salah satu provider pake telepon rumah ditambah dikasih nomor pascabayar untuk internetan yang katanya kecepatannya oke punya, bla bla bla. Aku dapet tawaran ini dari sang call center pusat, dan nada-nadanya tuh agak maksa, ya iyalah, kan die punya target untuk jualan. Aku nggak dapet kesempatan untuk nolak sama sekali. Sampai akhirnya itu nomor pascabayar dikirim kurir kantornya ke rumah.
Aku bolak-balik tanya sama si call center, apakah aku akan kena biaya gratis bicara itu atau nggak, secara aku nggak pakai line teleponnya sama sekali, aku nggak pernah pasang, and she said yess. Oke lah, aku pikir nggak masalah, cuman bayar si nomor pascabayarnya doang, itupun aku hanya coba, kalau nggak oke kayak yang dia bilang. Aku akan stop. Singkat kata, bulan berikutnya aku tetep kena biaya si gratis bicara lewat telepon rumah, sedangkan aku nggak pake telepon rumah sama sekali.
Kecewa berat yang kedua nih, setelah masalah pertama yang sinyal itu aku maafkan. Sekarang jadi gemes lagi karena sang call center kasih janji palsu. Akhirnya aku putuskan dateng ke kantor cabangnya aja daripada ribet kalau harus ngobrol sama call center lagi. Disana CS-nya cuma bisa kasih solusi, penghentian berlangganan gratis bicara di bulan depannya, karena udah masuk tagihan bulan saat aku dateng, jadi yang bulan tersebut nggak bisa dihapuskan langganannya, yaa salah aku juga sih ngga cepet-cepet dateng di tanggal akhir bulan lalu atau di tanggal 1 nya.
Akhirnya pasrah sambil bilang sama CS-nya, sayang banget call center kalau bisa jualan tapi nggak paham sama produk, kecewa sama cara jualannya yang nggak tepat sasaran juga, dan yang paling penting itu tentang informasi yang dibilang ke konsumen, ketika nggak tau sesuatu, lebih baik minta waktu untuk tanya sama yang lebih tau, daripada asal jeplak aja dan ujung-ujungnya salah informasi sampai bikin pelanggan rugi. Itu bikin aku belajar untuk menjawab sesuatu dengan bijak, nggak sok tau, kalau suatu saat ditanya dan nggak tau jawabannya, lebih baik tanya yang lain dulu dari pada kasih info palsu. Jangan asal bunyi deh pokoknya. Selesai lah kena promo useless yang pertama.
Nah, yang kedua kalinya, aku dapet promo wifi dengan cara registrasi di websitenya dia, dan gadget yang kita daftarkan itu bisa wifi bebas, mulus, seenak jidat di tempat-tempat tertentu, dan cuma langganan 10 rebu doang per satu gadget. Disini ya sama, gak dikasih kesempatan menolak, ketika kamu memutuskan untuk menjawab telepon dari call center, dan sejak pertama kamu jawab hallo, pada saat yang sama kamu dianggap say yess, buat promo apapun. Kecerobohan yang kedua kalinya, akhirnya karena udah kepalang, aku cek lah gimana ketentuannya, dan setelah aku cek, di kota aku tuh area wifi dia sangat terbatas, bahkan mungkin gak jelas adanya di mana. Salah sasaran lagi, dan kecewa yang ketiga. Hadeeeeh..
Dalam ketidakmujuran yang ketiga kali ini, aku langsung buru-buru datengin kantor cabang dan minta berhenti langganan. Selamet deh kali ini cuma sebulan doang kena langganan yang gak jelas itu. Memang sih cuma 10 ribu aja, tapi kalau terus-terusan ya rugi bandar lah. Di kedatangan aku yang kedua dalam masalah perpromoan salah sasaran akibat call center ini, aku bilang sama si mbak CS-nya, "mbak, kok call center tuh doyan banget ya ngadain promo yang di saya pribadi malah useless, salah sasaran terus, ujung-ujungnya cuma nyusahin CS di kantor cabang aja." Jadilah curhat akhirnya, cuhat mulu yee, haha.. Ya daripada ngamuk gak jelas, capek iya, selesein masalah mah nggak. Cuma dapet capek doang. Mendingan diskusi sehat aja lah. Udah saking capek complain.
Sejak saat itu, aku memutuskan untuk nggak angkat lagi kalau ada panggilan telepon dari call center (daripada ribet dan nyusahin), dan bijak memilih promo (cie ileee, macam memilih calon pendamping aja.. ckck..). Aku pribadi jadi belajar dari pengalaman. Sebagai marketer, call center, atau posisi apapun yang kerjanya jualan produk dan nawarin promo. Akan lebih baik kalau lebih memperhatikan siapa yang ditawarin, sesuai dengan target atau nggak, terus kira-kira kalau dia menggunakan produk atau dapet promo yang ditawarkan, akan bermanfaat nggak. Udah tepat belum sasarannya. Menempatkan diri di posisi customer bisa membantu juga. Jangan asal tembak customer! Asal nawarin.
Akan jadi baik kalau produk atau promo yang ditawarkan itu sesuai dan customer suka. Kalau sebaliknya, customer merasa dirugikan dan nggak dapet manfaat apa-apa, bakal percuma aja. Mending customer cuma complain, kalau kabur atau bahkan bilang ke customer lainnya dan menimbulkan kerugian besar, itu bakal sayang banget. Aku pernah baca, salah satu seller bilang, katanya kalau kecewa sama pelayanan dan produk silakan untuk complain ke seller, dan kalau puas, silakan bilang customer lain. And that's right, supaya seller bisa memperbaiki yang kurang, dan customer lain tau hal baik aja. Kalau customer lain tau yang jelek-jeleknya aja, mana minat kan.
Karena dulunya aku pernah jadi pegawai di salah satu perusahaan swasta yang job desc-nya ada jualan produk juga, aku jadi belajar jangan cuma sibuk mikirin target, tapi juga tentang manfaatnya. Kejar-kejar target kalau nggak tepat sasaran akan percuma. Tapi itu sebuah pilihan sih, balik lagi ke diri sendiri, mau milih kita kejar target demi kepentingan pribadi atau manfaat untuk orang lain. Customer oriented or self oriented? It's up to you.
Review : L'oreal Extraordinary Oil
Adakah yang punya masalah rambut kasar, ngembang ga jelas, kusam, ya pokoknya yang nggak indah-indah deh? Kalau ada, kamu temen aku banget. Hehe.. Setelah keramas rambut aku tuh ngembang, kasar pula, jadi males kan, padahal udah pake conditioner, tapi rasanya itu masih belum cukup bikin rambut aku lembab. Masih keliatan kering aja, dan susah diatur. Rambut aku itu tebal dan agak ikal, jadi memang kadang suka susah disisir. Segala macam produk udah aku coba, ganti shampoo, macem-macem conditioner, minyak-minyakan, vitamin rambut, banyak deh pokoknya. Efeknya nggak bertahan lama. Terakhir yang dicoba dan agak mendingan itu pake masker rambut, bikin rambut better, tapi setelah dipakai kedua kali, nggak terlalu bekerja baik. Entah deh kenapa.
Waktu lagi main instagram, nemu lah foto beberapa beauty blogger pake produk ini dan katanya oke banget. Lama-lama penasaran, dan saat lagi belanja di minimarket, nggak sengaja, ketemu deh sama L'oreal Extraordinary Oil ini, yang ukurannya 50 ml, harganya sekitar 41 ribuan (aku nggak tau itu udah kena diskon atau harga normal). Sampai rumah, saking penasaran, aku coba deh, tapi masih belum berasa apa-apa.
Nah, cara pakainya sendiri itu ada 3:
1. Sebelum pake shampoo, untuk nutrisi intensif tetap sehat
2. Sebelum penataan, untuk melindungi rambut dan membuat rambut mudah diatur
3. Sebagai sentuhan akhir, untuk hasil tampak berkilau, terasa halus, dan lembut.
Aku sendiri pake produk ini, seringnya sebelum keramas, aku tuangkan sekitar 3-4 tetes ke tangan, kemudian diusapkan di tengah batang sampai ujung rambut, setelah itu keramas deh. Hasilnya setelah rambut kering, rambutnya jadi lembut dan gampang diatur. Wanginya juga aku suka, wangi lembut vanilla gitu.
I just wanna say, I love this product very much.
Disclaimer :
Review ini tidak disponsori pihak manapun, dan hasil bisa berbeda pada setiap orang.
Langganan:
Postingan (Atom)