Sudah hampir 3 tahun, aku langganan internet rumah yang sekalian line telepon rumah ditambah tv kabel itu lo (I'm sure, you know which I mean). Sebelumnya, tahun pertama aku langganan, sinyalnya ampun, selalu bikin naik darah karena sering sekali gangguan. Dalam sebulan, bisa 2-3 kali gangguan, total penggunaan normal sekitar 3 minggu karena seminggunya sering mati total. Rasanya udah bosan complain, bahkan kadang curhat ke call center pusat. Saking bosan, kadang pasrah aja.
Masuk tahun kedua, aku hampir menyerah, dan hampir mau putus aja. I think, I can move on fast, eh maksudnya aku bisa cari cara lain untuk langganan internet, haha.. Tapi aku urungkan lagi niatnya karena belum dapet pengganti yang pas, padahal udah mau berangkat tuh ke kantornya untuk menyudahi hubungan ini, hubungan antara provider dan customer maksudnya, haha.. Aku berusaha sabar lagi, dan ternyata Alhamdulillah banget dia berubah (apa pula ini maksudnya??). Jaringannya udah mulai normal dan udah asik-asik aja, ya walaupun kadang melambat, apalagi si tv kabelnya. Tapi ya sudahlah, abaikan saja.
Begitulah awal mula hubungan aku dengan si provider layanan internet rumahan ini. Kita udah mulai baikan sekarang. Setelah sinyal membaik, dapet godaan lagi nih yang bikin gemes. Aku udah dua kali kena promo yang ujung-ujungnya cuma bikin rugi aja. Keluarin biaya tanpa dapet manfaatnya sama sekali. Sampe gemes sendiri, dan akhirnya curhat sama mbak-mbak customer service-nya, haha..
Pengalaman pertama kena promo yang aku pikir malah useless di aku, adalah promo tentang gratis bicara kalau nelpon salah satu provider pake telepon rumah ditambah dikasih nomor pascabayar untuk internetan yang katanya kecepatannya oke punya, bla bla bla. Aku dapet tawaran ini dari sang call center pusat, dan nada-nadanya tuh agak maksa, ya iyalah, kan die punya target untuk jualan. Aku nggak dapet kesempatan untuk nolak sama sekali. Sampai akhirnya itu nomor pascabayar dikirim kurir kantornya ke rumah.
Aku bolak-balik tanya sama si call center, apakah aku akan kena biaya gratis bicara itu atau nggak, secara aku nggak pakai line teleponnya sama sekali, aku nggak pernah pasang, and she said yess. Oke lah, aku pikir nggak masalah, cuman bayar si nomor pascabayarnya doang, itupun aku hanya coba, kalau nggak oke kayak yang dia bilang. Aku akan stop. Singkat kata, bulan berikutnya aku tetep kena biaya si gratis bicara lewat telepon rumah, sedangkan aku nggak pake telepon rumah sama sekali.
Kecewa berat yang kedua nih, setelah masalah pertama yang sinyal itu aku maafkan. Sekarang jadi gemes lagi karena sang call center kasih janji palsu. Akhirnya aku putuskan dateng ke kantor cabangnya aja daripada ribet kalau harus ngobrol sama call center lagi. Disana CS-nya cuma bisa kasih solusi, penghentian berlangganan gratis bicara di bulan depannya, karena udah masuk tagihan bulan saat aku dateng, jadi yang bulan tersebut nggak bisa dihapuskan langganannya, yaa salah aku juga sih ngga cepet-cepet dateng di tanggal akhir bulan lalu atau di tanggal 1 nya.
Akhirnya pasrah sambil bilang sama CS-nya, sayang banget call center kalau bisa jualan tapi nggak paham sama produk, kecewa sama cara jualannya yang nggak tepat sasaran juga, dan yang paling penting itu tentang informasi yang dibilang ke konsumen, ketika nggak tau sesuatu, lebih baik minta waktu untuk tanya sama yang lebih tau, daripada asal jeplak aja dan ujung-ujungnya salah informasi sampai bikin pelanggan rugi. Itu bikin aku belajar untuk menjawab sesuatu dengan bijak, nggak sok tau, kalau suatu saat ditanya dan nggak tau jawabannya, lebih baik tanya yang lain dulu dari pada kasih info palsu. Jangan asal bunyi deh pokoknya. Selesai lah kena promo useless yang pertama.
Nah, yang kedua kalinya, aku dapet promo wifi dengan cara registrasi di websitenya dia, dan gadget yang kita daftarkan itu bisa wifi bebas, mulus, seenak jidat di tempat-tempat tertentu, dan cuma langganan 10 rebu doang per satu gadget. Disini ya sama, gak dikasih kesempatan menolak, ketika kamu memutuskan untuk menjawab telepon dari call center, dan sejak pertama kamu jawab hallo, pada saat yang sama kamu dianggap say yess, buat promo apapun. Kecerobohan yang kedua kalinya, akhirnya karena udah kepalang, aku cek lah gimana ketentuannya, dan setelah aku cek, di kota aku tuh area wifi dia sangat terbatas, bahkan mungkin gak jelas adanya di mana. Salah sasaran lagi, dan kecewa yang ketiga. Hadeeeeh..
Dalam ketidakmujuran yang ketiga kali ini, aku langsung buru-buru datengin kantor cabang dan minta berhenti langganan. Selamet deh kali ini cuma sebulan doang kena langganan yang gak jelas itu. Memang sih cuma 10 ribu aja, tapi kalau terus-terusan ya rugi bandar lah. Di kedatangan aku yang kedua dalam masalah perpromoan salah sasaran akibat call center ini, aku bilang sama si mbak CS-nya, "mbak, kok call center tuh doyan banget ya ngadain promo yang di saya pribadi malah useless, salah sasaran terus, ujung-ujungnya cuma nyusahin CS di kantor cabang aja." Jadilah curhat akhirnya, cuhat mulu yee, haha.. Ya daripada ngamuk gak jelas, capek iya, selesein masalah mah nggak. Cuma dapet capek doang. Mendingan diskusi sehat aja lah. Udah saking capek complain.
Sejak saat itu, aku memutuskan untuk nggak angkat lagi kalau ada panggilan telepon dari call center (daripada ribet dan nyusahin), dan bijak memilih promo (cie ileee, macam memilih calon pendamping aja.. ckck..). Aku pribadi jadi belajar dari pengalaman. Sebagai marketer, call center, atau posisi apapun yang kerjanya jualan produk dan nawarin promo. Akan lebih baik kalau lebih memperhatikan siapa yang ditawarin, sesuai dengan target atau nggak, terus kira-kira kalau dia menggunakan produk atau dapet promo yang ditawarkan, akan bermanfaat nggak. Udah tepat belum sasarannya. Menempatkan diri di posisi customer bisa membantu juga. Jangan asal tembak customer! Asal nawarin.
Akan jadi baik kalau produk atau promo yang ditawarkan itu sesuai dan customer suka. Kalau sebaliknya, customer merasa dirugikan dan nggak dapet manfaat apa-apa, bakal percuma aja. Mending customer cuma complain, kalau kabur atau bahkan bilang ke customer lainnya dan menimbulkan kerugian besar, itu bakal sayang banget. Aku pernah baca, salah satu seller bilang, katanya kalau kecewa sama pelayanan dan produk silakan untuk complain ke seller, dan kalau puas, silakan bilang customer lain. And that's right, supaya seller bisa memperbaiki yang kurang, dan customer lain tau hal baik aja. Kalau customer lain tau yang jelek-jeleknya aja, mana minat kan.
Karena dulunya aku pernah jadi pegawai di salah satu perusahaan swasta yang job desc-nya ada jualan produk juga, aku jadi belajar jangan cuma sibuk mikirin target, tapi juga tentang manfaatnya. Kejar-kejar target kalau nggak tepat sasaran akan percuma. Tapi itu sebuah pilihan sih, balik lagi ke diri sendiri, mau milih kita kejar target demi kepentingan pribadi atau manfaat untuk orang lain. Customer oriented or self oriented? It's up to you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar