Kamis, 10 September 2015

Melawan Tumor Payudara (FAM) part I



Fibroadenoma mammae sinistra, yang biasa dikenal FAM atau mungkin kalau dijelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana seperti semacam benjolan yang terletak di dalam payudara. Setelah googling-gooling, menurut salah satu blog milik dokter spesialis onkologi (cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang kanker), FAM itu sejenis penyimpangan atau kelainan pertumbuhan payudara.


Berdasarkan pengalaman aku sendiri, FAM itu seperti benjolan yang padat, agak kenyal, dan tidak statis (dapat digerakkan apabila diraba). Sepengetahuan aku juga, jika si benjolan asing itu dinamis atau dapat digerakkan analisa sementara dokter benjolan tersebut jinak.


Awalnya, tahun 2009 lalu saat baru jadi mahasiswa, tiba-tiba aku ngerasain ada yang beda sama payudara sebelah kiri. Ada semacam benjolan asing, nggak berasa sakit sih, cuma agak annoying juga. Pertama aku raba cuma sebesar jempol, jempol aku sih, dan jempol aku terbilang mini, hehehe... Lalu aku ceritakanlah sama ibuku soal hal ini. Asalnya ibu bilang itu cuma benjolan biasa kalau cewek mau dapet suka begitu. Nanti akan hilang dengan sendirinya. Aku cerita sama kakak sepupu juga sama. Ya sudah aku santai saja. Tapi lama-lama karena sering aku cek, kok makin membesar ya?


Singkat cerita aku cek ke bidan *gara-gara gak mau diperiksa dokter laki, hehe..* dan assisten bidannya malah nanya "Neng lagi menyusui?" teeetooot.. Bengong sendiri, bingung, haha.. Aku geleng-geleng, si assisten bidan geleng-geleng juga. Kemudian bilang, kalau nggak lagi menyusui saya nggak bisa periksa. Akhirnya kita disarankan ke dokter kandungan. Oke, akhirnya aku pasrah, siapa aja lah yang meriksa. Gak usah pilih-pilih, yang penting sembuh. Disana pun cuma di-USG dan dokternya merujuk ke dokter bedah. Dengernya bikin cengo, haha.. Iya bedah. B.E.D.AH. Agak keder dengernya..


Besoknya pagi-pagi aku udah antri di Poliklinik Bedah RSUD. Dokter memvonis benjolan itu tumor dan harus dioperasi. Aku dengan nada datar bilang oke, sedangkan ibu cuma bengong denger aku bilang oke, dan memastikan sekali lagi dengan nanya "Apa aku yakin?"


Aku masih dengan nada datar jawab "Iya."


Sekali lagi ibu nanya "Ini bedah loh, yang". dan aku jawab "Iya bunda, terus selain operasi abis mau gimana?"


Akhirnya ibu bilang "Oke, ya udah deh."


Dokter pun nyuruh cek jantung, foto rontgen paru-paru, ambil darah dan lain-lainnya untuk keperluan observasi pra-operasi. Setelah ngantri ke berbagai poliklinik, tinggal diambil darah di lab dan karena harus puasa jadi baru besok harinya.


Observasi pra-operasi yang memakan waktu beberapa hari itu pun selesai. Karena pemeriksaan itu aku lakukan di Bulan Ramadhan tahun 2009. Dokter pun bikin schedule operasi setelah Idul Fitri. Asalnya aku udah oke dengan schedule yang dokter pilih. Tapi dipikir lagi, agak serem juga ya ngadepin operasi. Sebenernya aku tergolong orang yang penakut sama jarum suntik dan darah, tapi kemarin kok aku bisa sok jagoan yaa, dan saat udah deket aku jadi keder, haha.. Cuman setelah dipikir lagi ya pasrahkan saja, apapun yang terjadi. Yang penting si benjolan asing, itu pergi, hush...


After Idul Fitri, dikarenakan banyak ketemu saudara, nenek dan kerabat-kerabat. Akhirnya malah dapet banyak masukan untuk coba pengobatan alternatif. Masukan dan berbagai pendapat itu jadi big influence juga sih buat ortu. Alhasil, surgerynya batal. Atau bisa jadi pending. Entah saat itu lega atau bingung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar