Kamis, 10 September 2015

Melawan Tumor Payudara (FAM) Part II

Setelah rencana bedah yang sempat gagal kemarin, akhirnya aku dapat masukan untuk jalanin pengobatan alternatif. Banyak juga sih yang aku lakuin dalam rangka pengen sembuh dari FAM. Mulai dari minum rebusan daun sirsak, makan kapsul yang isinya ekstrak keladi tikus (tanaman yang menurut info bisa menyembuhkan tumor dan kanker), tahitian noni, rebusan daun sirih merah, dan masih banyak lagi. Pengobatan alternatif yang dipijat juga pernah aku jalani.

Semua pengobatan itu ternyata masih belum ngasih hasil yang lebih baik. Lama kelamaan, selama 8 bulan aku jalani pengobatan alternatif, benjolan itu semakin besar, pada awalnya ukurannya sebesar jempol, kemudian dalam beberapa bulan perkembangannya drastis membesar sampai 3x lipatnya. Itu malah bikin aku semakin drop dan makin parno. Pengobatan terakhir yang aku jalani, semacam pengobatan alternatif dengan tindakan bedah tanpa bius. Apaaa? Tanpa bius? Debus apa ya? Belek-belek badan gak pake bius atau apapun? Entah waktu itu dapat info dari mana, aku lupa.

Sebenernya ide itu bikin aku deg-degan setengah hidup, eh setengah mati. Ga setuju tapi ortu bilang coba dulu aja. Akhirnya walaupun selama perjalanan lemas membayangkan apa yang bakal terjadi, sampai disana setelah daftar aku ikut antri juga diantara pasien-pasiennya yang bejibun bun bun. Setelah diperiksa, si bapak terapisnya yang dipanggil Pak Haji itu keluar dan menjelaskan ke ortuku, kalau gak bisa dilakukan tindakan bedah-bedahan sekarang karena ada urat yang nghalangin, karena peralatan yang seadanya dikhawatirkan kalau dipaksakan saat itu juga akan mengganggu kesehatan atau fungsi organ ke depannya. Setelah itu, Pak Haji itu menyarankan kita menginap disana 2 hari dan direncanakan hari Kamis dilakukan bedahnya. Karena kondisi itu, kemudian kita pamit dulu karena nggak bawa persiapan apapun.

Hati aku nolak sebenernya, dalam pikiran sih kalau dibelek-belek juga mah ya di rumah sakit aja, tapi sebetulnya ada juga harapan untuk bisa cepet sembuh di hari itu juga, tanpa harus bolak balik kayak gitu. Di perjalanan aku ditanya soal kesiapan aku, mau atau nggak. Karena perasaan campur aduk dan lelah juga yang abis ngantri dari pagi sampai selepas waktu ashar saat itu aku malah nangis. Mungkin karena faktor pengen sembuh yang belum kesampaian pula, hehe...

Ortu jadi bingung ngeliat reaksi aku, yang pada akhirnya Ibu ngambil keputusan untuk balik ke rumah sakit, karena khawatir sama kondisi di tempat sebelumnya yang ngga steril. Ayah akhirnya terpaksa setuju, tapi pikiran aku masih juga belum lega. Malah jadi ngebayangin apa kabarnya ntar di meja operasi. OMG! Perjuangan baru dimulai ternyata.

Pada akhirnya hari itu menghasilkan keputusan untuk balik ke rumah sakit, dan aku nyiapin semua hasil observasi kesehatan aku sebelumnya untuk daftar dan bikin schedule bedah. Besok harinya aku sama ibu ke rumah sakit. Pengalaman bedah aku, aku share di post selanjutnya ya..

Salam pejuang,
ari.lestari41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar