Sabtu, 26 September 2015

Si Misterius Kista Endometriosis



Tiga tahun lalu, tepatnya bulan Agustus 2012 saat aku menstruasi tiba-tiba ada rasa panas dan mulas di perut bawah yang menjalar ke punggung bawah, dan lama kelamaan disusul rasa mulas luar biasa, sesak, mual, dan rasa sakit di ulu hati yang nggak tertahankan. Karena menahan sakit yang luar biasa, badanku lemas, tapi mungkin saat itu badanku masih cukup kuat, dan masih dalam kondisi sadarkan diri. Semua orang rumah panik dan langsung membawaku ke tenaga medis terdekat.


Saat itu aku dibawa ke rumah praktek bidan di sekitar kompleks rumah. Karena panik, orang tuaku sampai menerobos antrian dan langsung masuk kamar periksa. Bu Bidan kaget dan langsung meminta aku ditidurkan di kamar periksa. Ada dua orang ibu di dalam kamar periksa yang sama kagetnya, nanya-nanya juga kalau aku kenapa sama ibuku. Semua orang dibuat heboh disana karena aku. Dan yang memalukan, selain aku malu karena sudah menerobos antrian, (untung ibu yang sedang diperiksa sangat mengerti, hehe..) aku juga tidak kuat menahan ingin muntah karena mual yang terasa menusuk ke ulu hati. Untung Bu Bidan sigap langsung menyiapkan kantong kresek. Uh, memalukan ya. Sampai saat ini pun kalau ketemu Bu Bidan lagi, aku masih aja ingat kejadian itu.


Setelah diperiksa, Bu Bidan hanya bilang kalau kemungkinan aku terkena sakit maag, ada faktor karena nyeri haid (dismenore), dan mungkin karena stress. Beberapa hari kemudian pun aku pulih seperti sediakala. Tapi ternyata sakitnya terulang lagi dua bulan kemudian. Kali ini aku bikin heboh orang serumah di rumah Ua (kakak dari ibuku), karena aku sedang berkunjung kesana. Sama seperti sebelumnya, sakitnya datang tiba-tiba. Aku pun langsung dibawa ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Disana pun hanya diberi obat anti nyeri dan obat maag, karena setelah dokter melakukan USG tidak ditemukan kelainan apapun.


Dua bulan setelah itu, aku penasaran dengan yang terjadi dengan badanku, kemudian memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan yang lain. Berbeda dengan dokter sebelumnya, dokter yang satu ini menemukan sesuatu. Dokter ini menjelaskan bahwa ada kista cokelat sekitar 5 cm di rahimku, dia menyebutkan ini endometriosis. Kaget sih dengernya, akhirnya aku tanya lagi penyebabnya apa, dokternya nggak bisa jawab. Katanya banyak faktor, tapi yang paling bikin aku gemes sama dokter ini, dia sempet memvonis, akan sulit mempunyai keturunan untuk wanita yang terkena kista. Gimana gak senewen coba. Udah memvonis, bukannya ngasih solusi, malah bikin keder, nyuruh kawin pula, dengan alasan kalau hamil gak akan menstruasi, dan kalau gak menstruasi gak akan merasakan sakit karena kista. Ngeselin kan? Emang sih dokternya pernah kasih opsi kalau ngobatinnya bisa dengan obat atau suntik, seperti suntik KB, tapi nggak kasih penjabaran dan metode yang pasti, apakah solusi itu membantu atau nggak. Kadang dokter gak cuma perlu cerdas mendiagnosa penyakit, tapi juga cerdas ngasih solusi dan manis mulutnya. Aku tuh paling sebel kalau ada tenaga medis yang suka bicara main jeplak seenak udel, aiiiiih, maleeees.. Bukan sehat, malah tambah sakit.


Heran dengan pemeriksaan dokter yang sedari awal menangani aku. Aku sempet balik lagi ke dokter yang sebelumnya, dan ternyata baru ketahuan. Dokter itu ngasih aku terapi obat danazole dengan jangka waktu 6 bulan. Danazole itu untuk sebulan, kalau nggak salah sehari minum 2x, dan harganya hampir 500ribuan. Efek sampingnya selama 6 bulan aku nggak menstruasi. Aku minum danazole itu setelah ukuran kista mencapai 10 cm, dan ukuran itu bertambah secara drastis setelah sebelumnya ditemukan 5 cm, padahal aku menjalani beberapa pengobatan alternatif mulai dari ramuan-ramuan dari kalimantan, obat tradisional, refleksi, dan masih banyak lagi, yang ternyata tidak bekerja dengan baik ke badan aku.


Ada sih perubahan dari terapi obat itu, kistanya berkurang 3 cm, tapi ukuran 7 cm masih dianggap besar, tadinya dokter berharap kistanya bisa bersih, tapi ternyata belum membuahkan hasil. Diakhir terapi obat dokternya menyarankan untuk operasi, laparoskopi. Bukan operasi dengan luka yang besar. Dokternya menjelaskan hanya perlu sayatan kecil, karena hanya dimasukkan kamera, lampu dan alat untuk istilahnya mengambil si kista misterius itu. Jadi bukan operasi yang lukanya lebar, tapi tetep aja sih, agak gimanaa gitu. Tapi yang bikin aku betah sama dokter ini, dokter ini selalu kasih doa dan motivasi untuk membesarkan hati pasiennya. Nggak sembarangan nyeplos seenaknya, hehe.. Dokternya tampak religius, dan bikin hati pasien lebih adem.


Sebenernya aku pernah periksa juga ke dokter lain lagi, total 3 dokter aku datangi, hehehe... Saking penasaran sama ini penyakit, dan berharap ada keajaiban, tapi ternyata belum juga kunjung datang di keajaiban ini. Hampir 3 tahun si kista misterius ini ada di badan aku terakhir diperiksa ukurannya 10 cm. Dokter masih menyarankan untuk dilakukan tindakan laparoskopi. Tapi aku masih belum menuju kesana, terkadang masih ragu, terkadang menggebu-gebu ingin ini segera dilakukan. Bagi para wanita diluar sana yang mengalami hal sama, tetap berjuang, optimis untuk sembuh. Semangat yaa. Salam sehat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar