Kamis, 10 September 2015

Pengalaman Operasi FAM

Hari itu hari Kamis, sama sih dengan hari yang direncanakan Pak Haji di pengobatan alernatif itu. Tapi jadinya aku bedah di rumah sakit. Balik lagi deh, hehe... Setelah 3 hari sebelumnya yang melelahkan. Senin ke pengobatan alternatif yang akhirnya gagal total, Selasa daftar untuk surgery dan observasi kesehatan lagi, kemudian hari Rabu pagi sampai siang pemeriksaan untuk anestesi atau bius saat dilakukan pembedahan dan pindah kamar. Rabu sore aku check in (macam hotel aja), karena aku dapet jadwal hari Kamis pagi. Sore aku udah masuk kamar inap. Tadinya aku dapet kamar kelas 3 di salah satu ruangan, berhubung aku termasuk parnoan kalau liat orang kesakitan aku milih pindah kamar ke kamar inap utama. Aku milih sendiri di kamar. Kamar ruangan melati nomor 8.

Setelah makan malam, jam 22.00 aku dianjurkan puasa sampai selesai operasi. Semalaman gak bisa tidur, duh... Besok paginya aku disusulin perawat ke kamar inap, disuruh mandi, no make up dan rambut diikat, gak lama perawat kembali lagi sama dokter dengan bawa tensi meter. Setelah diperiksa, dokternya bilang "Jangan tegang, santai aja, berdoa ya!" Aku bilang iya sambil lemes. Setelah itu aku tiduran sambil nonton, ceritanya biar rileks. Aku minta juga sama Ayah untuk ajak nenek supaya bisa nemenin ibu. Karena ibu keliatan lebih tegang dari pada aku. Saat aku minta doa pun ibu malah nangis.

Sekitar jam 8 lebih aku dijemput. Perawat bawa-bawa kursi roda, sambil bilang "ayo, neng" aku masih aja nanya "Sekarang?" Hasil dari kaget.

Aku bilang, "Ga usah didorong-dorong pake kursi roda segala lah, Sus."
Suster perawatnya keukeuh "Udah naik aja, Neng."
Pasrah deh aku duduk...

Setelah sampe depan instalasi bedah sentral, tangan makin dingin, berasa pengen balik lagi aja. Huaaa... Tapi tekad aku bulatkan. Bismillah, ikhlasin. Nekat aja. Setelah masuk ke dalem aku diminta ganti baju sama baju bedah warna ijo dengan tali di belakang. Dan ngasihin bajuku sama ibu yang lagi di tempat tanda tangan surat izin operasi (SIO). Yang bikin ibu panik, si bapak petugasnya malah bilang, "kita ngusahain yang terbaik, Bu, tapi kalo ada apa-apa diikhlasin aja." Makin tegang lah mamski, dan bilang "Usahain yang terbaik ya, Pak." Ah si bapak, malah bikin hati ibu makin panik aja. Gemes aku.

Beberapa menit kemudian aku dipanggil untuk masuk ruang operasi. Aku diantar sama salah satu perawat menuju ruangan dingin, luas, kanan kiri lampu nyala terang dan ternyata itu lagi dilakukan tindakan operasi, semua ruangan dihalangi kaca tebal, aku akhirnya nunduk karena gak mau liat yang ngeri-ngeri. Aku masuk ke salah satu ruangan yang udah banyak perawat. Aku diminta tidur di sebuah kasur operasi yang bentuknya kayak huruf T, jadi tangan kanan dan kiriku terlentang.

Supaya aku gak terlalu tegang, perawat-perawat disana yang sudah biasa liat roman wajah tegang dengan ramah ngajak ngobrol ini itu. Aku sempet minta juga ACnya suhunya dinaikin, karena dinginnya kayak kutub, brrrr. Dilakukan pengecekan lampu besar yang terletak diatas itu, kemudian tangan kananku diinfus, dada serta punggung dipasangi alat semacam pendeteksi jantung, dikasih penutup kepala dan area yang akan dibedah dikasih larutan iodin supaya nggak infeksi. Sekitar kurang lebih setengah jam mempersiapkan semuanya, dokternya datang, dan salah satu perawat bilang "Ini dokternya udah ada, Neng".
Dokternya pun bilang, "Bismillah ya."

Selesai baca Bismillah, sebelah kanan badanku yang asalnya dari tangan yang diinfus itu berasa hangat, kemudian badan serasa kesemutan. Hidung sama mulut dipasangi alat opname, tapi alat opnamenya serasa ada bau tajam yang bikin badan aku lemes banget, dan ngantuk luar biasa. Aku mikir, ini ya rasanya dibius. Setelah itu aku gak sadar.

Aku baru bangun dengan penglihatan yang masih kabur tapi perasaan aku kayak habis bobo siang dengan nyenyak haha.. Aku liat ruangan yang agak gelap dan kedengeran suara manggil aku dengan ramah sambil nanya, "Udah bangun?" Aku maksa banget mataku supaya cepet melek, tapi susah, berat rasanya. Yang ada di pikiran aku. Aku takut gak bisa bangun lagi, padahal udah jelas-jelas udah bangun, haha.. Agak konyol memang. Selain itu, aku maksa tangan aku untuk gerak, karena pengen ngelepas selang nafas yang setelah aku bangun itu bikin sakit lubang hidungku. Asli!

Tapi ada perawat yang masuk kesana ngelepas selangnya, dan narik kasur aku mendekat ke pintu. Perawat itu keluar lewat pintu yang lebih besar, sambil nyari keluarga aku. Kedengeran suara ibu mendekat, dan perawatnya minta dibantu dicarikan anggota keluarga laki-laki untuk ngangkat aku. Setelah aku diangkat entah sama siapa, karena pandangan masih kabur. Aku dibawa ke kamar rawat aku. Aku denger ibu tanya, tapi mulut pun masih susah bicara. Ibu heran ngeliat aku yang udah sadar duluan, karena kebanyakan pasien yang keluar hampir semua masih belum sadar. Masih bobo-bobo imut.

Sampai di kamar, ternyata udah jam 11.00. Sekitar 2 jam mungkin aku disana. Mungkin. Setelah sampai di kamar semua heboh, badanku dikasih minyak kayu putih, karena badan aku dingin. Akunya sendiri, malah ngerasa kehausan. Ibu bolak balik minta ke perawat, nanya apa boleh aku langsung minum, karena bantal pun aku belum dikasih. Perawatnya menyarankan untuk ngasih aku minum pelan-pelan. Kenyataannya, setelah perawatnya pergi, aku minta bantal dan minum dengan semangat. Ibu yang malah keliatan parno nyuruh aku pelan-pelan.

Abis minta minum aku minta makan karena laper. Perawatnya keheranan, liat pasien macam aku. Haha... Karena nafsu makan aku sedemikian cepet balik lagi. Infus pun cepet habis. Besok paginya aku udah boleh pulang, setelah diperiksa kondisi aku udah membaik. Rasanya lega, dan ternyata yang aku takutkan gak selamanya menyeramkan kayak bayangan di pikiran aku. Aku bersyukur semuanya lancar dan aku pulang dalam kondisi yang baik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar